31 May 2006

Papa Jatuh!!!

Sore kemarin, papa Yani jatuh. Ceritanya, habis ngobrol-ngobrol di teras dengan mama dan adik, papa mau ke kamar kecil. Sebelumnya adik Yani sms, papa nda mau makan. Padahal khan lagi dalam proses penyembuhan, butuh banyak asupan energi. Nah, saat berjalan melintas di ruang tamu, kakinya lunglai dan mengakibatkan tubuhnya tidak seimbang sehingga jatuh ke lantai. Jatuhnya bukan tengkurap, tapi terpelanting ke belakang. Aduh Gusti... padahal kalau ingat riwayat papa yang kena stroke 3 tahun yang lalu, kami sangat kuatir akibat jatuhnya itu akan mengakibatkan serangan stroke yang kedua. Puji Tuhan, sewaktu jatuh, papa masih sadar dan tidak pingsan. 2 jam mama biarkan papa tidur di lantai karena takut perubahan posisi akan memperburuk keadaan. Sementara itu kepala papa yang terbentur dikompres dengan air es supaya tidak benjol (sempat benjol sih). Adik juga langsung mengambil tensimeter untuk mengukur tekanan darah papa. Ya ampunnn... 180/110. Kemungkinan karena masih shock karena jatuh. Mama juga langsung sigap menelpon dr Anthon yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang dari Semarang. Tindakan kami sudah tepat menurut dokter. Saat jatuh itu, dan tahu papa tidak kehilangan kesadaran, mama dan adik langsung duduk berdoa bersama papa memanjatkan syukur tidak terjadi apa-apa. Yani yang di Bandung, saat itu sedang ada rapat di lantai 7, hanya bisa berharap semoga tidak terjadi hal yang dikuatirkan. Untunglah tidak lama kemudian dr Anthon datang dan memeriksa kondisi papa. Menurut dokter, 2 hari papa harus bed rest dan tidak boleh ke mana-mana. Kalau kepala terasa pusing, langsung mau diambil tindakan rontgen saja. Duh pa, waktu gempa melanda Yogya dan efeknya terasa sampai Salatiga, untung saja papa ada di tempat tidur saat itu. Coba kalau lagi jalan... pasti sudah jatuh juga tuh. Oya, rencana awal papa khan ke kamar kecil. Terpaksa untuk menyalurkan hasratnya itu harus dilakukan dengan menggunakan pispot. Tapi saking kagetnya, mau buang air kecil pun tidak bisa...

29 May 2006

Pendaftaran UM ITB 2006

Pagi ini Yani tiba dari Salatiga. Kali ini Yani membawa serta adik Yani yang mau mengembalikan formulir di ITB. Namanya Wawan (tapi nama kerennya di dunia luar, Paul). Dari Salatiga dia sudah sakit perut, kayaknya maag atau asam lambung. Waduh cilaka nih harus mengurus orang sakit, padahal pagi Yani harus masuk kantor. Ya udah deh, demi adik, Yani putusin ijin dulu pagi ini buat mengantar Wawan ke Sabuga. Setelah sarapan roti dan mimik susu, kami berangkat ke Sabuga. Baru turun dari angkota, udah disambut oleh mbak-mbak yang menjajakan map. "Bu, map nya bu... di dalam harus pake map ini lho" begitu kata dia. Wah, kalau benar demikian, Wawan nda ada persiapan bawa map segala. Ya udah deh, terpaksa 2000 keluar buat bayar satu buah map. Menapaki jalan menurun menuju Sabuga, kita juga dicegat oleh para penjaja perlengkapan alat tulis, buku-buku latihan soal dll. Waduh, terpaksa juga beli lem nih, keluar lagi duit 3000. Katanya di dalam butuh lem buat nempelin foto, dan panitia tidak menyediakan lem. Walah... walah... Wawan masuk ke gedung pendaftaran jam 8. Ditungguin sampai jam 12 nih anak kok ga nongol-nongol... Ya ampyun, baru jam setengah 1 dia keluar. Katanya di dalam masih harus mengisi formulir-formulir lagi. Udah gitu, surat tanda tidak buta warna nya diragukan karena hanya dibuat di puskesmas. Padahal diharuskan atas rekomendasi dokter spesialis mata. Wah, la mung test untuk buta warna cuma pake buku aja kok harus keluar duit lebih? Di puskesmas dengan dokter bagian mata cuma bayar 7000. La kalau ke dokter spesialis mata??? minimal 50 ribu lah hari gini... Waduh... waduh... kadang-kadang yang simple kok dibuat rumit. Ini aja baru pendaftarannya, gimana besok-besok ya???

Gempa di DIY & Jateng

Wah, kirain pagi-pagi ada yang loncat-loncat di spring bed kok tiba-tiba bergoyang sendiri gitu. Eh, ternyata pagi-pagi udah ada gempa. Gempa terjadi pukul 05.55 WIB di Salatiga. Kita pikir ini akibat gunung Merapi meletus. Buru-buru Wahyu lompat dari tempat tidur dan langsung ngacir keluar (waduh... istrinya ditinggalin sendiri...) ternyata dia cuma mau menyapa tukang sayur keliling yang sudah nangkring di depan rumah. "Mas, ana lindu yo mau?" (Mas, ada gempa ya tadi?". Sedangkan saat itu Yani cuma menikmati gempa sambil ngolet sana ngolet sini. Trus bangun dari tempat tidur, melihat kiri kanan apa ya benda yang bisa diselamatkan hehehe... sempat-sempatnya Yani mengambil HP dulu baru keluar kamar dan memeriksa keadaan sekitar (berarti HP lebih berharga daripada buku tabungan, deposito, perhiasan, dompet, dll yang ada di lemari, atau bahkan lebih berharga daripada jiwa yaa??? busyeeettt... ). Ternyata tidak terjadi kerusakan atau retak-retak di rumah. Bahkan benda-benda masih berada di posisinya masing-masing. Bahkan... adik-adik Yani masih tertidur pulas di kamarnya. Ternyata... dari berita Breaking News Metro TV, gempa melanda Yogyakarta dan sekitarnya karena gesekan lempeng benua di dasar samudera Indonesia. Hiy... kayaknya Nyai Roro Kidul lagi marah nih?